Kelompok 6
- Catherine Febrianty (12-036)
- Arifah Rakatasya Siregar (12-052)
- Khadhra Ulfah (12-062)
- Fitri Nirwana Sinaga (12-074)
- Melinda Salim (12-092)
Pada tugas observasi ke sekolah untuk mata kuliah psikologi pendidikan ini adalah hal yang baru dan menarik bagi saya, karena sebelumnya saya belum pernah melakukan observasi dengan terjun langsung ke lapangan untuk mengamati situasi yang ada. Hal ini benar-benar menjadi pengalaman yang berharga bagi saya khususnya. Saya melakukan observasi ini dengan anggota kelompok saya yaitu Catherine, Tasya, dan Melinda. Tetapi, teman sekelompok saya, Fitri Nirwana, tidak dapat ikut dalam tugas observasi ini dikarenakan tidak dapat meninggalkan kuliah karena batas absen sudah mencapai batas maksimum. Kami ditugaskan untuk mengobservasi sekolah tentang penggunaan e-learning pada sekolah tersebut. Sehingga saya dan ketiga teman saya tersebut melakukan observasi ke sekolah yang sudah kami tetapkan bersama yaitu Sekolah Methodist 2 Medan. Berikut adalah hasil laporan observasi.
"LAPORAN HASIL OBSERVASI"
A. Penjelasan Deskripsi Sekolah dan Perangkatnya
· Nama sekolah : SMP/SMA SWASTA METHODIST-2
· Alamat : Jalan M.H. Thamrin No.96 Medan 20212 Sumatera Utara
· Tel : (+62-61) 4565281, 4563662, 4558540
· Fax : (+62-61) 4567246
· Email : pkmi2mdn@indo.net.id
· Uang sekolah : Rp 480.000,-
· Fasilitas sekolah :
Ruang kelasber-AC
|
Aula
|
Lapangan Basket
|
Ruang UKS
|
Tempat Fotokopi
|
LapanganVoli
|
Perpustakaan
|
Kantin
|
Ruang Lab Fisika, Kimia, Biologi
|
B. Uraian Objektif Observasi
- Tanggal Observasi : 24 Mei 2013
- Waktu : 07.30 – 10.00 (150 menit)
- Pembagian : Tidak ada pembagian tugas yang spesifik. Proses wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukanbersama-sama. Hanya satu orang dari kelompok kami yang tidak bisa hadir mengikuti obervasi karena alasan tertentu.
- Narasumber : Pak Manurung (Guru BK SMA)
- Suasana observasi : Proses observasi berlangsung sangat lancar. Guru-guru disana pun sangat ramah dan sangat terbuka kepada observer. Walaupun observerasi yang dialkukan di dalam kelas tidak lama, informasi yang diperlukan dapat diperoleh secara maksimal dengan bantuan beberapa narasumber. Murid-murid disana pun sangat ramah, terbuka dan membantu.
C. Hasil Observasi
· Konsep E-learning
Sekolah yang kami observasi telah menggunakan program e-learning sekitar 6 – 7 tahun. Program yang diterapkan terdiri dari program online dan offline. Untuk program offline nya berupa penggunaan proyektor yang disediakan oleh pihak sekolah . Fungsi utama dari proyektor ini yaitu menampilkan materi pelajaran yang telah disiapkan guru sebelumnya dalam bentuk slide powerpoint, yang berfungsi mempermudah proses belajar mengajar. Selain itu, juga digunakan pada saat ujian, dimana soal ditampilkan secara otomatis dan guru dapat menagawasi secara penuh.
Program online belum digunakan secara luas, melainkan hanya oleh beberapa guru. Penggunaannya yaitu pemberian link tertentu di media sosial dimana murid dapat berhubungan dengan guru yang menggunakan program ini. Link tersebut diberikan untuk murid mengunduh materi yang telah ditentukan untuk materi belajar di rumah. Program online ini tidak diterapkan untuk belajar di sekolah karena adanya larangan bagi murid untuk membawa atau menggunakan alat komunikasi dalam bentuk apapun. Munculnya peraturan ini dikarenakan banyaknya penyalahgunaan oleh murid-murid mereka.
Pihak sekolah menyatakan bahwa pengguna IPTEK sebenarnya sangat membantu proses belajar siswa, tetapi malah banyak disalahgunakan. Alat komunikasi yang diharapkan membantu proses belajar ternyata malah mengganggu proses belajar. Banyak murid yang ketahuan berpura-pura belajar namun sebenarnya bermain game dengan alat komunikasi yang mereka miliki.
· Teori Belajar
Berkaitan dengan teori belajar, sekolah yang kami observasi sejalan dengan teori belajar humanistik dan behavioral khususnya konsep reinforcement positive. Pihak sekolah menyatakan bahwa murid – muridnya diberi kebebasan dalam memilih program studi yang diinginkannya, sesuai minat dan kemampuannya. Hal itu tercermin dalam pemilihan jurusan berdasarkan minat siswa masing – masing. Selain itu, murid – murid juga diberi kebebasan mengembangkan minat, potensi dan bakat mereka masing- masing dalam berbagai jenis ekstrakulikuler yang ada.
Teori belajar lain yang sangat berperan yaitu teori belajar behavioral. Berupa pemberian rewardsebagai reinforcement sitive bagi murid-muridnya yang berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik seperti olahraga. Untuk siswa berprestasi di bidang akademis, siswa diberikan penghargaan berupa sertifikat yang nantinya akan berguna bagi siswa di kedepannya, misalnya dalam pendaftaran universitas. Sedangkan untuk murid yang berprestasi dalam bidang bakat seperti olahraga, diberikan medali sebagai penghargaan bagi mereka. Pemberian medali tersebut oleh pihak sekolah dikatakan sebagai penghargaan diri agar murid yang kurang berprestasi di bidang akademis pun dapat bangga pada diri mereka sendiri.
· Motivasi
Dari pihak sekolah sendiri menyatakan bahwa motivasi belajar murid zaman sekarang sudah sangat rendah. Karena itu, perlu adanya usaha guru untuk meningkatkan kembali motivasi belajar murid-muridnya. Salah satu cara yang diterapkan yaitu berupa program e-learning. Contohnya pembelajaran yang menggunakan proyektor dalam mata pelajaran matematika, fisika, biologi , sejarah, atau sosiologi dimana pembelajarannya menampilkan gambar-gambar yang unik dan menarik bagi siswa yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Motivasi murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari. Kebanyakan murid belajar keras hanya dengan tujuan bisa menyelesaikan ujian dan dapat melewati nilai batas minimum. Motivasi belajar murid lebih kepada motivasi ekstrinsik berupa nilai ujian dan bukan lagi motivasi intrinsic untuk memperoleh pemahaman. Tujuan yang ingin dicapai murid berpindah dari mastery goal menjadi performance goal.
Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan. Atau belajar agar tidak dimarahi orang tua di rumah.
· Orientasi Belajar
Proses belajar mengajar di sekolah ini menerapkan kedua metode Teacher Centered Learning (TCL) dan Student-Centered Learning (SCL) . Namun masih lebih berfokus pada metode TCL.
Penerapan metode TCL yaitu guru yang memberikan dan mengajarkan materi pembelajaran secara total. Guru mengharapkan murid-muridnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diukur dari ujian yang diadakan. Guru yang mengontrol proses belajar di kelas sehingga gangguan yang mungkin muncul dapat dihindari. Metode TCL ini kadang melibatkan proses e-learning dan kadang tidak. Ada guru yang menjelaskan materi dengan bantuan slide powerpoint dan ada yang masih menggunakan cara tradisional berupa lisan atau ditulis di papan tulis.
Untuk penerapan SCL , murid – murid diberikan tugas untuk membahas materi yang telah ditentukan, mendiskusikan materi dan mempresentasikannya di depan kelas. Guru hanya menentukan topic , mendengarkan presentasi dan diskusi murid serta memberikan feedback di akhir kelas, untuk menjelaskan kembali hal - hal yang perlu dijelaskan. Selain itu, terdapat juga program belajar sendiri dari slide yang telah disiapkan oleh guru. Slide ditampilkan secara otomatis, murid melihat, mendengarkan materi dan mengerjakan soal yang telah dijelaskan dengan slide tadi. Peran guru yaitu menjelaskan kembali ketika ada penjelasan dari slide yang tidak dapat dipahami oleh murid-muridnya.
· Manajemen Kelas
Setiap kelas terdiri dari 40-45 orang dengan pertimbangan jumlah murid yang terlalu banyak untuk ukuran kelas kecil dapat menurunkan konsentrasi belajar murid – murid yang ada di dalamnya. Penataan ruangan kelas berupa gaya auditorium, dimana guru berada di depan kelas dan semua murid duduk menghadap guru.
D. Kesimpulan
1. Kesimpulan Kelompok
Sekolah yang telah menerapkan e-learning pada dasarnya mempermudah proses belajar mengajar di dalam kelas. Keuntungannya bagi guru yaitu bahwa ia tidak perlu mendikte atau menulis seluruh catatan atau materi yang ingin dijelaskan. Hal ini tertentu saja menghemat energi guru di kelas. Akan tetapi, sebelum kelas dimulai, guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi dalam komputernya sehingga dapat ditampilkan di kelas.
Keuntungannya bagi murid yaitu murid tidak akan merasa bosan karena adanya proses visualisasi yang terlibat ketika mempelajari suatu pelajaran yang ditampilkan melalui slide . Proses belajar seperti ini bagi murid lebih mudah dan menyenangkan. Ini dikarenakan munculnya gambar-gambar akan pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga pelajaran tersebut tidak terkesan abstrak. Dengan cara seperti ini, murid akan lebih menyukai pelajaran yang dipelajari dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Akan tetapi, dalam pelaksanaanya, khususnya program online, pihak sekolah harus memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Contohnya untuk pengambilan materi secara online. Ketika ada murid yang tidak menyelesaikan tugas tersebut, ada kemungkinan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya gangguan pada jaringan internet. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa jaringan internet kita masih banyak gangguannya.
2. Kesimpulan Pribadi
Pada dasarnya e-learning sangat
mendukung dalam proses pembelajaran, dikarenakan, kemudahan mengakses bahan
pelajaran, dan teknik yg bervariasi dalam penyampaian materi sehingga proses
belajar tidak terasa monoton. Akan tetapi, sebaiknya e-learning bukanlah
satu-satunya teknik pembelajaran yg digunakan, atau teknik yang paling
diutamakan, terutama proses yang menggunakan jaringan internet. Karena ketika
sekolah tidak dapat memfasilitasi jaringan internet yang memadai, maka akan
menghambat proses pembelajaran.
E. Dokumentasi
^^^ Bersama salah seorang guru dari Methodist 2 Medan^^^
^^^Berada di salah satu kelas SMA Methodist 2 Medan^^^
^^^Tampak sebagian dari Sekolah Methodist 2 Medan^^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar